Manfa'at Dunia Akherat: KEJANG

Wednesday, January 5, 2011

KEJANG

PENGERTIAN KEJANG
1.      Kejang
Kejang adalah gerakan otot tonik atau klonik yang involuntar yang merupakan serangan berkala, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Kejang tidak secara otomatis berarti epilepsi. Dengan demikian perlu ditarik garis pemisah yang tegas : manakah kejang epilepsi dan mana pula kejang yang bukan eplepsi?
Tetanus, histeri, dan kejang demam bukanlah epilepsi walaupun ketiganya menunjukkan kejang seluruh tubuh. Cedera kepala yang berat, radang otak, radang selaput otak, gangguan elektrolit dalam darah, kadar gula darah yang terlalu tinggi, tumor otak, stroke, hipoksia, semuanya dapat menimbulkan kejang. Kecuali tetanus, histeri, hal-hal yang tadi, kelak di kemudian hari dapat menimbulkan epilepsi.

2.      Kejang
Sebelum kita memahami definisi mengenai kejang, perlu kita ketahui tentang seizure dan konvulsi. Yang dimaksud dengan seizure adalah cetusan aktivitas listrik abnormal yang terjadi secara mendadak dan bersifat sementara di antara saraf-saraf di otak yang tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, kerja otak menjadi terganggu. Manifestasi dari seizure bisa bermacam-macam, dapat berupa penurunan kesadaran, gerakan tonik (menjadi kaku) atau klonik (kelojotan), konvulsi dan fenomena psikologis lainnya. Kumpulan gejala berulang dari seizure yang terjadi dengan sendirinya tanpa dicetuskan oleh hal apapun disebut sebagai epilepsi (ayan). Sedangkan konvulsi adalah gerakan mendadak dan serentak otot-otot yang tidak bisa dikendalikan, biasanya bersifat menyeluruh. Hal inilah yang lebih sering dikenal orang sebagai kejang. Jadi kejang hanyalah salah satu manifestasi dari seizure

3.      Kejang Pada Bayi
Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Sekitar 2-5% anak berumur enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi otak anak.
Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? Walaupun kejang demam terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi yang berat, yang paling penting adalah tetap tenang.

4.      Kejang-Kejang
Kejang-kejang adalah istilah awam yang konvulsi, yaitu suatu gerakan otot yang kuat dan tidak terkontrol datang secara tiba-tiba. Bilamana rekan atau orang sekitar kita mengalami kejang-kejang. Cobalah untuk tenang. Pangku atau beri bantalan yang lunak dan usahakan agar melindungi kepalanya agar tidak membentur benda/ lantai/ dinding yang keras. Biarkan penderita mengalami proses kejang-kejang (sekitar 2-4 menit, bila lebih segera dipanggil dokter), jangan memasukan air atau makanan kedalam mulutnya, beri ruang dan jarak dari kerumunan orang agar mendapat udara segar dan ketenangan. Setelah penderita tenang dan tidak mengalami recovery position adalah posisi tidur dengan badan menghadap ke kanan (sisi kanan badan berada dibawah). Tangan menyangga kepala, dan kaki yang berada diatas ditekuk. Posisi ini berguna untuk mencegah ludah menghambat saluran pernafasan (saat nafas belum stabil). Selain itu dalam posisi tidur ini, jantung (berada di sisi kiri badan) berada lebih tinggi ke otak, sehingga aliran darah ke otak akan lebih lancar (karena darah tertarik gravitasi dan menuju ke tempat yang lebih rendah)

5.      Kejang demam
KEJANG pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Insiden kejang pada neonatus di Amerika Serikat belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah 80-120 pada setiap 100.000 neonatus setiap tahun.

Bagaimana terjadinya kejang?
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus-menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu:
  1. Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
  2. Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
  3. Defisiensi relative neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
  4. Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium.
Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas. Ada banyak penyebab kejang pada neonatus, yaitu:
  1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
  2. Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang
  3. Gangguan metabolik.
  1. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikomia), sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan  dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. Kejang lebih jarang timbul pada ibu penderita diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
  2. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita hiperparatiroidisme.
  3. Kekurangan natrium (Hiponatremia)
  4. Kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
  5. Kelainan metabolik lain seperti:
  • Ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resistan terhadap antikonvulsan.
Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang intrauterin dan lahir dengan meconium staining
  • Gangguan asam amino
Kejang pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan manifestasi neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino.
  1. Infeksi sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal
  1. Infeksi bakteri
Meningitis akibat infeksi group B Streptococcus, Escherechia coli, atau Listeria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama kehidupan.
  1. Infeksi nonbacterial
Penyebab nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh herpes simplex, cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan infeksi intrakranial dan kejang.

PENGERTIAN TETANUS NEONATORUM
1.      Tetanus Neonatorum
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Asri Rosad, 1987) Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000) Etiologi Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropoik.

2.      Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang system saraf pusat).

3.      Tetanus Neonatorum
Tetanus berasal dari kata tetanus (Yunani) yang berarti peregangan.
Tetanus Neonatorum:
Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, disusul dengan kejang-kejang (WHO, 1989). Kejang yang sering di jumpai pada BBL, yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih. (Ngastijah, 1997)

4.      Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotosin dari kuman Clostridium tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang system syaraf pusat.
Masa inkubasi kuman 3-28 hari, namun biasanya 6 hari, dimana kematian 100% terjadi terutama masa inkubasi < 7 hari.
Faktor predisposisi
-        Adanya spora tetanus
-        Adanya jaringan yang mengalami  injury, misalnya pemotongan tali pusat
-        Kondisi luka tidak bersih, yang memungkinkan perkembangan mikroorganisme host yang rentan

Faktor resiko
-        Imunisasi TT tidak dilakukan/ tidak sesuai dengan ketentuan program
-        Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai APN
-        Perawatan tali pusat tidak memenuhi standar kesehatan

Pencegahan
-        Imunisasi TT
-        Memperhatikan sterilitas saat pemotongan dan perawatan tali pusat
Kekebalan diperoleh melalui imunisasi TT
Sembuh tidak berarti kebal terhadap tetanus

Toksin tetanus
-        Menyebabkan penyakit tetanus
-        Tidak cukup merangsang pembentukan zat antibody terhadap tetanus
-        Harus tetap imunisasi TT
Imunisasi TT merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil  mendapatkan imunisasi TT, sehingga terbentuk antibody dalam tubuhnya. Antibody tetanus termasuk golongan Ig G, melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin keseluruh tubuh janin yang dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

Gejala
-        Bayi yang semula dapat menetek, kemudian sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring.
-        Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
-        Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara, sentuhan
-        Kadang disertai sesak nafas dan mulut bayi membiru
-        Suhu tubuh meningkat
-        Kaku kuduk
-        Kekakuan disertai sianosis.
-        Nadi meningkat
-        Berkeringat banyak
-        Tidak dapat menangis lagi
-        Mata terus tertutup
-        Dinding perut keras
-        Kesadaran baik.

Komplikasi
-        Bronkopneumonia
-        Asfiksia
-        Sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lender/ secret.

Prognosa
-        Bayi mengalami panas atau peningkatan suhu (prognosa buruk)
-        Bayi dapat bertahan lebih dari 4 hari (dapat disembuhkan)
-        Untuk penyembuhan sempurna membutuhkan waktu beberapa minggu
-        Angka mortalitas 50%
-        Penyakit ini fatal pada BBL

Penanganan
-        Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan antispasmodic
-        Membersihkan jalan nafas agar bayi dapat menghirup udara dengan bebas
-        Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain untuk mencegah lidah tergigit
-        Mencari tempat masuknya spora tetanus pada tali pusat atau telinga
-        Mengobati penyebab tetanus dengan antibitika
-        Melakukan perawatan yang adekuat, dengan pemberian oksigen, nutrisi serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
-        Ditempatkan di ruang tenang dengan sedikit sinar.

No comments:

Post a Comment